KBR Ajak Masyarakat Peduli Orang Yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK)

Ada yang pernah mengenal penyakit kusta? Ya, mendengarnya saya masyarakat sering menjauh. Sikap dan stigma masyarakat inilah membuat Orang Yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK) merasa terpukul. Padahal, mereka butuh hidup layak untuk menghidupi keluarga mereka. Bahkan mereka takut melaporkan kondisi kesehatan karena takut dikucilkan masyarakat.

Talkshow Ruang Publik KBR Peduli OYPMK


Adalah Mahdis Mustafa  seorang OYPMK yang berhasil bangkit dari keterpurukan. Ia beruntung mendapatkan pekerjaan yang memberikan fasilitas yang sama layaknya orang normal. Beruntung aku mendapatkan kesempatan hadir dalam acara Talkshow Ruang Publik KBR dengan tema Peran Pemerintah Dalam Upaya Peningkatan Taraf Hidup OYPMK. 

Acara Talkshow Ruang Publik KBR ini menghadirkan :
1. Agus Suprapto, DRG. M.Kes  selaku Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kemenko PMK RI.
2. Mahdis Mustafa, seorang OYPMK Berdaya yang saat ini sudah berprofesi sebagai supervisor cleaning service di PT. Azaretha Hana Megatrading.

Kisah Orang Yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK)

Selama ini yang aku pahami, penyakit kusta harus diwaspadai. Orang bisa saja tertular dan penyakit kutukan. Ternyata itu mitos belaka. Penyakit kusta sering dikucilkan karena dianggap penyakit yang menjijikan, ngeri dan sedih banget ya!

Mahdis  menceritakan awal ia mengalami penyakit kusta ditahun 2010. Ia berobat di Puskesmas, tapi tidak disampaikan ia sakit apa, hanya dibilang alergi. Tapi, Mahdis curiga alerginya lama sekali, sampai ia mengecek obat yang dia minum.

Talkshow Ruang Publik KBR Peduli OYPMK

Mahdis sempat terpuruk dan malu akan penyakit yan ia derita. Ia takut manjadi beban keluarga, sampai akhirnya ia mengenal  kader NLR (Netherland Leprosy Relief) organisasi non-pemerintahan (LSM) yang mendorong pemberantasan kusta dan inklusi bagi orang dengan disabilitas termasuk akibat kusta.

Sejak bergabung dengan organisasi tersebut, Mahdis kembali bangkit dan mendapatkan pekerjaan di PT. Azaretha Hana Megatrading sebagai tenaga kebersihan dengan sistem outsourcing kontrak setiap tahun. Mahdis juga membawahi 2 tim loh! 

"Karena OYPMK tidak boleh terlalu capek, saya tidak memberikan jam malam," ujarnya.

Sejak pertama mendaftar pekerjaan. Mahdis sudah jujur kepda HRD kalau iya seorang OYPMK. Ia tidak ragu kalau emang diterima alhamdulillah, jika tidak belum rezekinya. Syukurlah perusahaan itu mau menerimanya dan Mahdis bisa mandiri sampai sekarang.

Kemudian Agus Suprapto, DRG. M.Kes menerangkan kalau masyarakat harus terus diedukasi. Sedihnya masyarakat menganggap penyakit kusta adalah penyakit kutukan. Padahal bisa berobat ke Puskesmas secara gratis. 

Penderita kusta sebaiknya berobat rutin. Mulai jangka waktu 6-12 bulan. Obatnya pun gratis loh! Pemerintah juga mengalami kendala dalam menanggulangi penyakit kusta ini. "Di Papua itu kita menemukan pasien yang alergi dengan obatnya, hal ini berkaitan dengan genetika."  Pemerintah juga terus berupaya melakukan perbaikan pemukiman seperti di Medan dan di Solo. 

"Penyakit kusta ini, intinya kebersihan," ujar Pak Agus.

Ini perlu juga didukung oleh kemauan masyarakat untuk berubah. Bagi yang sudah sembuh harus ditanggani dengan follow up keluarga yang kontak. Sebaiknya dicek keluarganya juga. 

Untuk OYPMK masih perlu didukung untuk mendapatkan kesejahteraan. Terutama dalam mencari pekerjaan. Selama ini dianggap kurang produktif, tapi kisah Mahdis di atas membuat aku tergugah. Bahwa OYPMK berhak hidup layak. Tak seharusnya kita membuat stigma buruk bagi OYPMK. Untuk itu, semoga kisah di atas membawa renungan, agar kita semakin membuka diri dan menerima OYPMK di lingkungan sekitar kita.


Posting Komentar untuk "KBR Ajak Masyarakat Peduli Orang Yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK)"