Kisah Inspirasi Petani Organik Milenial, Maya Stolastika Si Penerima Apresiasi Astra Award tahun 2019

Beberapa bulan ini aku senang sekali bercocok tanam. Apalagi bertemu dengan teman-teman baru yang bergabung dalam Kelompok Tani Wanita (KWT) Barokah. Awalnya, aku iseng saja ikutan karena suntuk juga di rumah saja dan kegiatan menulisku belum terlalu padat.

Kisah Inspirasi Petani Organik Milenial, Maya Stolastika Si Penerima Apresiasi Astra Award tahun 2019


Kemudian aku bergabung bersama 18 ibu-ibu di sekitar rumahku. Ternyata bukan hanya tetangga kiri-kanan, tapi juga ibu-ibu dari gang sebelah ikut bergabung. Kami dikumpulkan untuk diberi penyuluhan oleh Bu Susi seorang penyuluh pertanian.

Kami pun belajar mulai dari cara mempersiapkan semai, bibit, merawat tanaman dan lainnya. Kebetulan, tanah di depan rumah seorang warga kosong dan kami bisa memanfaatkan untuk mempersiapkan tanaman.

Oiya teman-teman, aku belajar bercocok tanam ini tanaman organik. Kami full mengunakan pupuk kandang saja. Selain murah, juga tanaman lebih sehat untuk dikonsumsi. Ngomong-ngomong petani organik, jadi terinspirasi dengan kisah Maya Stolastika (Mojekerto, Jawa Timur) seorang petani organik milenial bermental baja.

Maya Stolastika, Penerima Apresiasi Astra Award tahun 2019

Adalah Maya, perempuan kelahiran Waiwerang, Flores Timur ini lulusan sastra Inggris dikenal sebagai petani milenial. Pekerjaan PNS yang sering dianggap “gagah” oleh masyarakat tidak dipilihnya, melainkan menjadi petani organik.





Bersama Twelve’s Organic, Maya mengajak masyarakat sekitarnya beralih menjadi petani organik. Twelve’s Organic sendiri dikelola petani muda, yakni Maya Stolastika dan temannya Herwita Rosalina.

Umumnya petani anggota telepon organik merupakan buruh tani penggarap yang tidak punya lahan Jadi mereka dipersilakan mencari lahan “Selanjutnya kami yang menyewa benih pun dari kami,” kata Maya. “Mereka tinggal datang, menanam dan merawat tanaman Adapun harga sayur kami bahas bersama.”

Namun, keberhasilan Maya saat ini bukanlah hal yang mudah. Maya juga pernah mengalami jatuh bangun.

Maya tertarik terjun ke dunia pertanian organik pada tahun 2008 saat itu ia pertama kali memahami filosofi pertanian organik dari salah satu guru yoganya. “Ketika berkunjung ke Bali semasa kuliah ada pertanyaan yang tidak bisa saya jawab yaitu kebaikan apa yang telah saya lakukan untuk lingkungan sekitar hidup saya?” Kata Maya.

Kemudian bersama empat kawannya sesama mahasiswa Unesa ia memulai kegiatan dengan membentuk usaha kembang organik. Modalnya mereka kumpulkan dari hasil mengajar di sebuah lembaga kursus bahasa Inggris serta penjualan makanan ringan di area kampus.



Pada tahun pertama mereka tidak berhasil mendapatkan pasarnya modal pun habis tidak untung justru ada hutang. Tahun berikutnya mulai terbuka, manajer sebuah supermarket di sekitar tempat yang mengajar menawarkan kerjasama untuk pemasok sayuran organik di tokonya dari sanalah peluang menyuplai ketujuh supermarket di Surabaya akhirnya terbuka

Namun tahun 2010 Maya mundur dari kembang organik. Maya pun harus memberikan pemahaman kembali kepada lingkungan terdekatnya terutama keluarga mengenai jalan yang mereka tempuh.

“Kami menjadi petani bukan karena tidak mampu bersaing dengan teman teman di dunia pekerjaan lain, tapi kami memang memilih dari hati,” kata Maya. Setelah sempat vakum selama 2 tahun karena menjalani karir di Bali bersama seorang rekannya Wita, usaha Maya kembali berlanjut pada tahun 2012.

Namun ini ternyata awal bagi kejatuhan mereka berikutnya usaha pertanian organik yang kemudian beri nama Twelve’s Organic pada tahun 2014 terpuruk modal mereka nyaris ludes lalu mereka akhirnya bangkit lagi salah satu pemimpin perusahaan di Surabaya menawarkan kerjasama untuk mengelola lahan mereka yang tidak tergarap akhirnya kami mengelola lahan sekitar 3000 meter persegi, dari situ kemudian jalan terbuka lebar.

Pada tahun 2017, Maya menyewa tanah di dusun Claket, Kecamatan Pacet, Mojekerto dan memberikan kursus ekslusif pada para petani. Tak hanya memperoleh hasil panen, tapi Maya juga aktif memberikan pemahaman para petani untuk lebih mandiri dan bisa punya pangsa pasar sendiri.

Melalu Twelve’s Organic, Maya juga sering mengundang tamu dari luar negeri untuk datang ke kebunnya. Maya juga memilki kelompok Petani Madani yang berfokus pada sayuran dan Kelompok Petani Swadaya yang fokus menanam raspberry dan blueberry serta pembuatan pupuk organik.

Twelve’s Organic telah berhasil mengedukasi masyarakat di sekitar dan telah memiliki 25 petani sayur dan buah. Mereka juga sudah memiliki pasar yang jelas, yakni 80 rumah tangga, 2 supermarket dan 2 restoran.

Nah, teman-teman itulah kisah Maya sang Penerima Apresiasi Astra Award tahun 2019. Semoga kisahnya menginspirasi kita semua untuk menebar manfaat, terutama menjadi petani milenial.

Posting Komentar untuk "Kisah Inspirasi Petani Organik Milenial, Maya Stolastika Si Penerima Apresiasi Astra Award tahun 2019 "